MANAJEMEN
Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement,
yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki
definisi yang mapan dan diterima secara universal. Mary Parker Follet,
misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui
orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan
mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin
mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals)
secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai
dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan
secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
Kata manajemen mungkin berasal dari
bahasa Italia (1561) maneggiare yang berarti "mengendalikan,"
terutamanya "mengendalikan kuda" yang berasal dari bahasa latin manus
yang berati "tangan". Kata ini mendapat pengaruh dari bahasa Perancis
manège yang berarti "kepemilikan kuda" (yang berasal dari
Bahasa Inggris yang berarti seni mengendalikan kuda), dimana istilah Inggris
ini juga berasal dari bahasa Italia. Bahasa Prancis lalu mengadopsi kata ini
dari bahasa Inggris menjadi ménagement, yang memiliki arti seni
melaksanakan dan mengatur.
Manajemen
Perubahan Menuju Perubahan Organisasi
Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal berbagai
jenis organisasi yang mempengaruhi semua tingkatan kehidupan manusia itu sendiri.
Fakta menunjukan bahwa secara tak sadar manusia sejak ia lahir telah mendapat
sebuah perlakuan keorganisasian hal ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa
semua manusia terlahir dari sebuah organisasi kecil yang dinamakan keluarga itu
sendiri. Menurut Mc Farland organisasi adalah suatu kelompok manusia yang dapat
dikenal yang menyumbangkan usahanya terhadap tercapainya suatu tujuan.
Organisasi merupakan elemen yang amat penting dalam
kehidupan manusia modern dewasa ini. Organisasi membantu kita melaksanakan
hal-hal atau kegiatan-kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan oleh manusia
sebagai individu, maka diperlukan adanya kerja sama dan dukungan orang lain
dalam mewujudkan tujuan manusia lewat sebuah wadah yang disebut organisasi itu.
Organisasi dapat memenuhi aneka macam kebutuhan manusia misalnya kebutuhan akan
ekonomi, spiritual, politik, psikologis, kultur dan lainnya yang kesemuanya
hanya dapat dilakukan apabila ada wadah resmi dalam wujud struktur atau
organisasi untuk memenuhi kebutuhan manusia tersebut.
1.
Organisasi menurut Chester L. Barnard
adalah sebagai sebuah sistem tentang aktivitas kerjasama dua orang atau lebih
dari sesuatu yang tidak berwujud dan tidak pandang bulu, yang sebagian besar
tentang persoalan silaturahmi. Menurut James D. Money organisasi adalah sebagai
bentuk setiap perserikatan orang-orang untuk mencapai suatu tujuan bersama, dan
menurut Hebert A. Simon organisasi adalah sebagai pola komunikasi yang lengkap
dan hubungan-hubungan lain di dalam suatu kelompok orang-orang.
2. Manajemen Perubahan adalah upaya yang dilakukan
untuk mengelola akibat-akibat yang ditimbulkan karena terjadinya perubahan
dalam organisasi. Perubahan dapat terjadi karena sebab-sebab yang berasal dari dalam maupun
dari luar organisasi tersebut
3. Perubahan organisasi atau pembaharuan organisasi
(organizational change) didefinisikan sebagai pengadopsian ide-ide perilaku
baru oleh sebuah organisasi. Perubahan organisasi dicirikan dengan berbagai
usaha penyesuaian-penyusaian disain organisasi di waktu mendatang. Thomas dan
Bennis mendefinisikan perubahan yang direncanakan sebagai perancangan dan
implementasi inovasi struktural, kebijaksanaan atau tujuan baru, atau suatu
perubahan dalam filsafat, iklim dan gaya pengoprasian secara sengaja.
4. Pengembangan Organisasi yang dikemukakan oleh Pareek 1978 ” Suatu usaha
yang direncanakan, yang dimulai oleh para ahli proses untuk membantu sebuah
organisasi mengembangkan keterampilan diagnostiknya, kemampuan penguasaannya,
strategi hubungannya dalam bentuk sistem-sistem sementara atau setengah tetap,
dan persamaan budaya ”.
5. Resistance to change adalah penolakan atas perubahan itu sendiri,
biasanya terjadi apabila dalam organisasi ada dua kelompok yang berlawanan
yakni yang menghendaki resistensi dan yang menolak resistensi ( Kurt Lewin ).
Perubahan atau
berubah secara etimologis dapat bermakna sebagai usaha atau perbuatan untuk
membuat sesuatu berbeda dari sebelumnya. Dalam istilah perubahan organisasi,
dikenal istilah senada yaitu change interventation; sebuah rancangan aksi atau
tindakan untuk membuat inovasi merubah sesuatu menjadi berbeda. Dan change
again; individu atau kelompok yang bertindak sebagai katalis atau suatu sekte
yang bertanggung jawab untuk melakukan manajemen dan menentukan prosedur kerja
kedepan. Perubahan organisasi akan mengarah kepada opsi mundur, apabila sistem
perencanaan yang ada didalamnya baik satu ataupun banyak komponen yang menyusun
mengalami disfungsi. Konsekuensinya akan tampak pada meredupnya kegiatan tanpa
ada alasan yang jelas dan timbulnya kesenjangan di dalam organisasi.
Banyak
masalah yang bisa terjadi ketika perubahan akan dilakukan. Masalah yang paling
sering dan menonjol adalah “penolakan atas perubahan itu sendiri”. Istilah yang
sangat populer dalam manajemen adalah resistensi perubahan (resistance to
change). Penolakan atas perubahan tidak selalu negatif karena justru karena
adanya penolakan tersebut maka perubahan tidak bisa dilakukan secara
sembarangan. Richard Beckhard merincikan perubahan itu sebagai berikut : makin
meluasnya pasar, unsur produk yang makin singkat saja, orientasi pasara yang
makin meningkat, lebih banyak ditekannya fungsi-fungsi staf versus fungsi
garis, hubungan keorganisasian yang berganda, otomatisasi pekerjaan yang makin
meningkat (terutama diluar negeri).
Penolakan
atas perubahan tidak selalu muncul dipermukaan dalam bentuk yang standar.
Penolakan bisa jelas kelihatan (eksplisit) dan segera, misalnya mengajukan
protes, mengancam mogok, demonstrasi, dan sejenisnya; atau bisa juga tersirat
(implisit), dan lambat laun, misalnya loyalitas pada organisasi berkurang,
motivasi kerja menurun, kesalahan kerja meningkat, tingkat absensi meningkat,
dan lain sebagainya.
Faktor-faktor
yang memunculkan change resistance (menentang perubahan) terkait dengan
penyerapan sistem informasi berbasis teknologi informasi yaitu:
- perasaan malu ( loss of face)
- kehilangan kendali (Loss of Control)
- efek yang berbeda (“difference” effect)
- bisakah saya melakukannya?( “ can I do it?’)
- more work ( lebih banyak bekerja)
- tantangan yang nyata (Real Threats)
- komitmen untuk berkompetisi (Competing
Commitments)
- kerugian yang dihadapi
- menghadapi ketidakpastian yang berlebih
- segala sesuatu yang diluar dugaan (surprise)
- efek yang saling berkaitan
- kegagalan masa lalu (past resentment)
Perubahan
terdiri dari 3 tipe yang berbeda, dimana setiap tipe memerlukan strategi
manajemen perubahan yang berbeda pula. Tiga macam perubahan
tersebut adalah:
(1) Perubahan Rutin, dimana telah direncanakan
dan dibangun melalui proses organisasi;
(2) Perubahan Peningkatan, yang mencakup
keuntungan atau nilai yang telah dicapai organisasi;
(3) Perubahan Inovatif, yang mencakup cara
bagaimana organisasi memberikan pelayanannya.
Tujuan
perubahan organisasi :
1. Meningkatkan kemampuan organisasi
2. Meningkatkan peranan organisasi
3. Melakukan penyesuaian secara internal dan
eksternal
4. Meningkatkan daya tahan organisasi
5. Mengendalikan suasana kerja
Perubahan ini menyangkut kegiatan-kegiatan yang
disengaja untuk mengubah status quo. Perubahan yang direncanakan bertujuan untuk
menyiapkan seluruh organisasi atau sebagian besar untuk menyesuaikan diri
terhadap perubahan signifikan dalam sasaran dan arah organisasi.
Terdapat enam sumber penolakan atas perubahan
antara lain :
1. Inersia Struktural
Artinya
penolakan yang terstrukur. Organisasi, lengkap dengan tujuan, struktur, aturan
main, uraian tugas, disiplin, dan lain sebagainya menghasil kan stabilitas.
Jika perubahan dilakukan, maka besar kemungkinan stabilitas terganggu.
2. Fokus Perubahan Berdampak Luas
Perubahan
dalam organisasi tidak mungkin terjadi hanya difokuskan pada satu bagian saja
karena organisasi merupakan suatu sistem. Jika satu bagian diubah maka bagian
lain pun terpengaruh olehnya. Jika manajemen mengubah proses kerja dengan
teknologi baru tanpa mengubah struktur organisasinya, maka perubahan sulit
berjalan lancar.
3. Inersia Kelompok Kerja
Walau
ketika individu mau mengubah perilakunya, norma kelompok punya potensi untuk
menghalanginya. Sebagai anggota serikat pekerja, walau sebagai pribadi kita
setuju atas suatu perubahan, namun jika perubahan itu tidak sesuai dengan norma
serikat kerja, maka dukungan individual menjadi lemah.
4. Ancaman Terhadap Keakhlian
Perubahan
dalam pola organisasional bisa mengancam keakhlian kelompok kerja tertentu.
Misalnya, penggunaan komputer untuk merancang suatu desain, mengancam kedudukan
para juru gambar.
5. Ancaman Terhadap Hubungan Kekuasaan Yang
Telah Mapan
Mengintroduksi
sistem pengambilan keputusan partisipatif seringkali bisa dipandang sebagai
ancaman kewenangan para penyelia dan manajer tingkat menengah.
6. Ancaman Terhadap Alokasi Sumber Daya
Kelompok-kelompok
dalam organisasi yang mengendalikan sumber daya dengan jumlah relatif besar
sering melihat perubahan organisasi sebagai ancaman bagi mereka. Apakah
perubahan akan mengurangi anggaran atau pegawai kelompok kerjanya?.
Perubahan organisasi atau pembaharuan organisasi (organizational change)
didefinisikan sebagai pengadopsian ide-ide perilaku baru oleh sebuah
organisasi. Organisasi dirancang untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan
melalui pembaharuan dan pengembangan internal. Perubahan organisasi dicirikan
dengan berbagai usaha penyesuaian-penyusaian disain organisasi di waktu
mendatang. Pengelola perubahan secara efektif tidak hanya diperlukan bagi
kelangsungan hidup organisasi, tetapi juga sebagai tantangan pengembangan.
Dalam pengertian lain perubahan organisasi merupakan proses penyesuaian desain
organisasi terhadap kondisi lingkungan yang dihadapi. Perubahan dapat bersifat
reaktif dan proaktif.
·
Perubahan
reaktif adalah perubahan yang dilakukan sebagai reaksi terhadap tanda-tanda
bahwa perubahan diperlukan melalui pelaksanaan modifikasi sedikit demi sedikit
untuk menangani masalah tertentu yang timbul. Organisasi membuat perubahan
structural kecil sebagai reaksi terhadap perubahan dalam lingkungan mikro dan
makro.
·
Perubahan
proaktif adalah perubahan yang diarahkan melalui inovasi structural, kebijakan
atau sasaran baru atau perubahan filosofi operasi yang dengan sengaja didesain
dan diimplementasikan. Proses reaktif dilakukan melalui pelaksanaan bebagai
investasi waktu dan sumber daya lainnya yang berarti untuk mengubah cara-cara
operasi organisasi. Perubahan ini disebut juga sebagai perubahan yang
direncanakan (planned change). Perubahan yang direncanakan adalah usaha sistematik untuk mendesain ulang suatu
organisasi dengan cara yang akan membantunya melakukan adaptasi pada perubahan
yang terjadi di lingkungan eksternal dan internal.
Kesulitan
perubahan, adalah upaya lebih lanjut yang harus dimasukkan dalam perencanaan
tujuan. Perencanaan tujuan mengklarifikasi kebutuhan akan situasi dan
meningkatkan ketelitian respon. Ini akan memberikan fleksibilitas yang lebih,
dalam manajemen perubahan. Kejelasan tujuan memberikan arahan dan petunjuk
dalam mengambil keputusan mengenai apa yang harus dilakukan. Dengan membuat
perencanaan untuk mencapai tujuan-tujuan yang spesifik akan mengurangi
pemborosan waktu dan upaya.
Suatu
perubahan terjadi melalui tahap-tahapnya. Pertama-tama adanya dorongan dari
dalam (dorongan internal), kemudian ada dorongan dari luar (dorongan
eksternal). Untuk manajemen perubahan perlu diketahui adanya tahapan perubahan.
Tahap-tahap manajemen perubahan ada empat, yaitu:
Tahap 1 :
yang merupakan tahap identifikasi perubahan, diharapkan seseorang dapat
mengenal perubahan apa yang akan dilakukan /terjadi. Dalam tahap ini seseorang
atau kelompok dapat mengenal kebutuhan perubahan dan mengidentifikasi tipe
perubahan.
Tahap 2 :
adalah tahap
perencanaan perubahan. Pada tahap ini harus dianalisis mengenai diagnostik situasional tehnik, pemilihan
strategi umum, dan pemilihan. Dalam proses ini perlu dipertimbangkan
adanya factor pendukung sehingga perubahan dapat terjadi dengan baik.
Tahap 3 :
merupakan tahap implementasi perubahan dimana
terjadi proses pencairan, perubahan dan pembekuan yang diharapkan. Apabila
suatu perubahan sedang terjadi kemungkinan timbul masalah. Untuk itu perlu
dilakukan monitoring perubahan.
Tahap 4 :
adalah tahap evaluasi dan umpan
balik. Untuk melakukan evaluaasi diperlukan data, oleh karena itu dalam tahap
ini dilakukan pengumpulan data dan evaluasi data tersebut. Hasil
evaluasi ini dapat di umpan balik kepada tahap 1 sehingga memberi dampak pada
perubahan yang diinginkan berikutnya.
Suatu
perubahan melibatkan perasaan, aksi, perilaku, sikap, nilai-nilai dari orang
yang terlibat dan tipe gaya manajemen yang dibutuhkan. Jika perubahan
melibatkan sebagian besar terhadap perilaku dan sikap mereka, maka akan lebih
sulit untuk merubahnya dan membutuhkan waktu yang lama.
Selain
itu terdapat juga beberapa tahapan yang dapat menjawab tantangan perubahan
sebuah organisasi sebagai berikut :
Tahap 1 : Membangun Kebutuhan untuk Melakukan Perubahan.
Sebuah proses perubahan tidak akan berhasil tanpa ditopang oleh sebuah
kebutuhan yang jelas. Mengapa kita harus berubah; inilah pertanyaan yang perlu
dikelola dalam fase ini
Dalam tahapan ini kita perlu memberikan sejumlah alasan untuk bisa
menumbuhkan kesadaran untuk berubah. Kita bisa mengungkapkan gap antara situasi
saat ini dengan yang dikehendaki. Dan juga melakukan komunikasi untuk
menyebarkan ekspektasi yang positif terhadap perubahan.
Tahap 2 : Menciptakan Visi dan Tujuan Perubahan
Setelah kita sadar bahwa perubahan merupakan kebutuhan yang perlu
dilakukan, maka dalam fase berikutnya kita mesti membangun tujuan perubahan
secara jelas. Visi dan tujuan perubahan akan memberikan arahan yang jelas bagi
proses transformasi yang tengah dilakukan.
Dalam hal ini, tujuan perubahan sebaiknya disusun secara artikulatif,
jelas, mudah dicerna, dan mampu memotivasi karyawan untuk bersama mencapainya.
Tujuan dan visi perubahan mesti diterjemahkan kedalam sasaran (goals) yang
lebih rinci dan terukur (measurable).
Tahap 3 : Mengelola Implementasi Proses Perubahan
Tekad dan tujuan perubahan yang sudah dideklarasikan hanya akan sia-sia
jika tidak didukung dengan impelemntasi yang jelas dan sistematis. Bahkan
kadang dalam fase ini perusahaan banyak yang mengalami kegagalan.
Serangkain tindakan yang bisa dilakukan untuk mendukung proses perubahan
antara lain adalah:
· Menciptakan sistem penghargaan yang mendukung proses perubahan merupakan
sarana manajemen yang sangat kuat untuk meningkatkan buy-in dan komitmen
karyawan
· Membuat anggaran yang lebih mendukung proses perubahan menjadi bagian
yang krusial dari proses implementasi
· Membuat aturan dan prosedur pengoperasian yang lebih baru dan lebih
sesuai dengan arah implementasi perubahan. Kebijakan dan aturan yang kondusif
akan sangat membantu menciptakan iklim kerja dam kultur perusahaan yang
mendukung proses perubahan.
Tahap 4 : Memelihara Momentum Perubahan
Fase ini perlu dilakukan agar proses perubahan yang telah dijalankan
tetap berada on track, dan tidak mundur lagi ke belakang. Bebarapa tindakan
konkrit yang dapat dilakukan disini antara lain adalah membangun support sistem
bagi para change agent. Selain itu juga perlu dikembangkan kompetensi dan
perilaku baru yang lebih sesuai dengan tujuan perubahan yang hendak diraih.
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa
perubahan organisasi adalah upaya atau usaha merubah organisasi dari bentuk
yang satu menjadi bentuk yang lain secara sistematis dan juga merupakan hal
yang mesti terjadi di dalam sebuah organisasi. Maka, perlu manajemen
pengelolaan perubahan organisasi yang yang berpedoman kepada perencaan dan
aplikasi yang sistematis. Di samping itu juga perlu evaluasi yang berkelajutan,
dan yang terpenting adalah bagaimana komponen-komponen yang ada di dalamnya
dapat berinteraksi dengan harmonis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar